Berhenti Mengabdi Setan Dengan Ruwatan
Kisah mantan dukun ilmu hitam yang malang melintang namun kini berhenti mengabdi setan dengan ruwatan
Masa kecil kurang bahagia
Panggil saja saya Ki Sanak, pria yang ingin menceritakan masa kelam ketika masih kecil. Saya lahir dan tumbuh besar jauh dari keramaian kota. Saya berada dalam lingkungan keluarga yang setiap hari terjadi percekcokan dan acapkali beradu fisik dengan hebatnya. Pendek kata, isi otak saya tertanam benih dari hawa kemarahan.
Menginjak usia remaja saya cenderung banyak diam. Dalam diam saya berkhayal hingga berjam-jam. Biasanya menjelang malam tiba hingga larut malam sampai saya tertidur dengan sendirinya. Saya mencoba berontak dari dalam hati atas semua yang saya alami dimasa kecil.
Meski beberapa kali saya selayaknya anak kecil yang bermain bersama teman namun ketika dirumah batin saya mencekam. Rasa takut bercampur kengerian adalah santapan sehari-hari. Maka itulah saya lebih banyak menghabiskan waktu malam saya diluar rumah. Padahal belum ada aliran listrik dan kegelapan menjadi hal yang akrab dengan malam saya.
Terobsesi menjadi dukun hebat
Entah itu bisikan dari mana datangnya, serasa jiwa raga ini kuat sekali keinginan untuk menjadi dukun. Pekerjaan yang dikenal orang sebagai orang pinter ini terlintas dari beberapa orang di desa lain. Yaa, di suatu desa tak jauh dari rumah saya adalah seorang dukun sakti. Dikenal sakti karena tamunya datang dari jauh dan terkadang menginap disana.
Dukun itu sudah sangat tua. Usianya tak lagi bepergian kemanapun sebab raganya renta dan harus berjalan dengan tongkat. Ia tinggal hanya ditemani salah satu kerabatnya yang agak tuli. Ketika mendekati kediamannya, aroma dupa menyengat dan seketika hawa mistis merasuk kedalam raga.
Disanalah tumbuh obsesiku untuk menjadi muridnya. Konon si dukun tua ini hendak menurunkan ilmunya kepada si tuli namun karena dianggap kurang tepat maka sayalah yang akhirnya menjadi muridnya. Beliaulah yang mengajarkan sekaligus menurunkan keilmuannya kepada saya. Tak peduli itu saya lakukan meski yang diajarkan adalah ilmu hitam.
Berubah drastis luar dalam
Sejujurnya saya sempat bersekolah tapi hanya sampai kelas 5 SD saja. Banyak hal yang membuat saya harus berhenti sekolah. Apapun itu, hidup saya harus lebih mapan dengan cara yang saya yakini. Setelah paripurna saya berguru dan kakek makin menua, pada akhirnya kakek meninggal dunia.
Rasa kehilangan tentu ada namun ini menjadi momentum dimana saya harus menggantikan posisi kakek. Saat itu saya ditemani si tuli. Perubahan cara berpakaian, cara bicara dan cara saya memaknai hidup membuat orang yang mengenal saya menjadi geleng kepala.
Saya sudah menjadi saya yang ada dalam obsesi saya. Beberapa orang menyebut saya pengabdi setan sebab saya melayani orang yang ingin melukai sesama. Entah itu dengan santet, teluh, guna-guna hingga tindakan memindahkan janin ke alam gaib.
Hidayah itu tiba
Lebih dari 10 tahun lamanya hidupku tercukupi dengan jalan ini. Beberapa malam terakhir saya bermimpi tentang kejamnya siksa api neraka dan hukuman sadis yang terjadi didalamnya. Awalnya saya kira hanya mimpi biasa tapi rupanya mimpi itu berulang hingga beberapa malam.
Saya yang biasa tenang tiba-tiba didera rasa takut luar biasa. Dalam ketakutan saya, si tuli tewas dalam perjalanan ke hutan mencari kayu bakar. Tinggal sendirian, dihantam ketakutan akan perbuatan saya sendiri dimasa lalu. Ingin rasanya saya mengakhiri semuanya. Tapi harus kemana?
Saya memutuskan pergi ke kota dan bekerja apa saja asal halal. Didalam perjalanan hidup dikota itulah saya mencoba mencari seseorang yang bisa membantu saya lepas dari ini semua. Pencarian saya berakhir setelah 2 tahun di Jakarta. Lewat informasi teman, saya memberanikan diri memohon bantuan untuk ruwatan.
Mbah Mijan dengan sabar menuntun saya untuk berubah. Berdamai dengan masa lalu agar memiliki masa depan. Rasa sakit ketika ilmu demi ilmu hitam dari dalam tubuh ini dikeluarkan secara paksa. Mau tidak mau ini harus terjadi demi berhenti dari mengabdi kepada setan yang terkutuk.