Cincin Bertuah Saksi Perjalanan Penuh Berkah
Sebagai nelayan sejati tak lepas dari semua risiko dan kendala yang terjadi dan saya beruntung memiliki cincin bertuah saksi perjalanan penuh berkah
Anak pantai utara
Cirebon, kota dimana saya dilahirkan dan dibesarkan dipesisir pantainya yang indah. Pantai yang secara turun temurun menghidupi kami semua penduduk disini. Konon, pekerjaan nelayan merupakan profesi yang sangat dimuliakan karena mewarisi kehebatan nenek moyang dalam mengarungi lautan luas.
Saya Bimo, sulung dari 3 bersaudara dimana kedua adik saya adalah perempuan semua. Saat ini usia saya 43 tahun dan kedua adik saya berprofesi sebagai bidan. Sebagai sulung dan anak laki-laki satu-satunya saya bertanggung jawab penuh kepada keluarga dan khususnya emak dan bapak yang saat ini sudah pensiun dari bekerja. Bapak adalah nelayan yang handal sementara emak adalah ibu rumah tangga.
Kedua adik saya tinggal tak jauh dari kota Cirebon dan kami biasanya berkumpul seminggu sekali di akhir pekan. Pekerjaan saya sebagai nelayan tidak bisa menjamin bisa selalu berkumpul bersama mereka. Itu semua karena melaut adalah pekerjaan yang tak bisa diprediksi kapan pulangnya. Bisa cepat bisa pula lebih lambat.
Pemberian almarhum kakek
Saya adalah cucu kesayangan dari almarhum kakek, dimana kakek saya adalah seorang pemuka agama disini. Sebagai Naib atau Penghulu yang sejak dahulu kala sudah menghuni pesisir pantai utara Cirebon. Almarhum kakek dikenal sebagai spiritualis dan menjunjung tinggi adat istiadat Jawa. Tak heran jika beliau mengoleksi beberapa benda pusaka bertuah.
Sebagai cucu kesayangannya, saya menerima sebuah batu mustika merah delima yang sangat cantik. Konon batu itu beliau dapatkan ketika sedang berada diluar pulau tepatnya di Kalimantan. Batu mustika ini saya jaga sepenuh hati agar tetap terjaga dan akan terus menemani keseharian saya sampai kapanpun.
Kakek mengajarkan untuk tepat waktu saat sembahyang dan menjaga budaya sebaik-baiknya. Cincin ini salah satu yang harus saya jaga.
Cerita minyak seribu hajat
Merawat benda bertuah harus sangat hati-hati. Ada tata cara khusus agar pamornya tetap bersinar dengan baik dan maksimal. Ada rahasia yang menjadi cara saya dalam merawat batu mustika ini. Saya menggunakan minyak seribu hajat, sebagaimana almarhum kakek saya pernah berwasiat.
Berilah wewangian dan ajak serta benda pusaka ini saat berdoa dan beribadah. Memang itu benda mati namun ia bernyawa dan setia menemani sang empunya dari waktu ke waktu dalam kondisi apapun. Wasiat ini masih saya jalankan hingga kini.
Namun untuk keris dan tombak serta pusaka lainnya dirumah, Bapak yang lebih berhak untuk merawat dan menjaganya. Setiap bulan Muharram, semua pusaka ini di jamas agar kembali segar dan memberikan energi positif kepada kami semuanya.
Menjelma sebagai nelayan sukses
Sebagai pekerja keras tak luput daripada izin Allah S.W.T. yang selalu memberikan kesehatan dan keselamatan. Saya hanyalah orang biasa yang ingin menjadi seorang berguna. Mencintai dan memahami pekerjaan dengan tetap berserah kepada Allah merupakan kunci hidup saya.
Cincin batu mustika ini memberikan saya energi positif untuk terus berbuat lebih percaya diri dalam hal kebaikan. Dimanapun saya berada, cincin ini setia menemani saya dan beberapa kali cincin ini menjadi saksi betapa segala peristiwa terjadi diatas lautan saat saya melaut.
Cincin ini pulalah yang selalu bersama saya saat sedang sembahyang dan berdoa. Khususnya dalam menjaga keselamatan dan kerejekian saya tak lupa saya gunakan cincin ini dalam bekerja. Pesan kakek juga bahwa cincin batu mustika ini bukanlah sebuah azimat namun lebih kepada energi positif yang terpancar mampu menguatkan batiniah kita agar selalu mengingat kebesaran Allah. Dari situlah peran minyak seribu hajat memberikan pamor dan memudahkan segala hajat keinginan kita.
Barangkali Anda yang memiliki benda bertuah maka rawatlah dengan baik. Insyaa Allah akan memberikan daya serta energi yang membawa pengaruh positif dalam keseharian Anda.