Kalut Namun Kini Suami Bertekuk Lutut
Puluhan tahun hidup bersama hingga suamiku hanyut tergoda orang ketiga yang membuatku sempat kalut namun kini suami bertekuk lutut
Mengawali rumah tangga sangat bahagia
Saya wanita asal Medan yang saat ini tinggal di Jakarta. Saya adalah seorang dokter gigi dan menikah dengan suami yang berprofesi sebagai pengusaha tambang. Kami saling mengenal dan sempat dua tahun berpacaran sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah di usia yang masih tergolong muda. Kami bahagia sebab dari segi finansial kami nyaris tak pernah ada masalah.
Kami menunda memiliki momongan sampai kami memiliki cukup investasi untuk masa depan keluarga kami. Setelah semua dirasa sudah waktunya akhirnya kami dalam dua tahun memiliki empat momongan, bayi kami kembar. Kebahagiaan yang tak bisa dimiliki oleh semua orang sebab ini adalah anugerah Tuhan yang tak semua orang diberi.
Kami membesarkan anak-anak dengan penuh kasih sayang dan tanpa terasa mereka sudah menginjak usia dewasa. Sepasang putra dan putri kami memiliki kecerdasan dan karir yang gemilang dibidang masing-masing.
Angin kencang mulai menantang
Seperti pepatah bilang, saat semua berada diatas maka angin yang bertiup kencang akan semakin dirasakan. Inilah kira-kira yang terjadi dengan keluargaku. Semula kami yang sangat bahagia tetiba badai menerpa. Khususnya pada diri suami yang tergoda oleh pihak ketiga yang tak lain adalah sekretarisnya sendiri.
Konsentrasiku sebagai dokter sering pecah, pasien tak tertangani dengan tuntas sehingga kinerjaku menurun. Pun kepada anak-anak yang biasa ceria kini mereka merasakan ketegangan dan suasana tak nyaman saat berada dirumah. Aku khawatir ketika diluar sana anak-anak melakukan hal negatif karena tak kuasa menahan ketidaknyamanan mereka.
Berbagai cara sudah kulakukan namun sepertinya badai kencang ini makin membuat suamiku hanyut semakin jauh. Kedua orang tua kami di Medan pun tak luput dari kepikiran. Mereka ingin agar kami bisa kembali bahagia.
Tuhan memberi petunjuk
Sepanjang hampir dua tahun badai ini sudah mengombang ambingkan keluarga kami akhirnya Tuhan menjawab doaku. Entah kenapa aku ingin mengunjungi kantor suami, dan disanalah semua petunjuk itu terjadi. Aku melihat dan merasakan ada energi yang tidak beres diruang kantor suami. Benar saja, aku menemukan bungkusan kain putih berisi benda-benda bertuah.
Aku ambil saja lalu aku bawa pulang. Entah apa maksud semua ini tapi aku berpikir ini pasti media untuk mempengaruhi suamiku sebab aku merasa gak wajar saja. Dalam tanda tanya besarku, kuberanikan diri untuk mengunjungi alamat praktek Mbah Mijan.
Kubawa serta benda ini dan ingin mendapat penerawangan dari Mbah Mijan. Sekaligus aku meminta saran dan solusi agar semuanya kembali normal kembali.
Bertekuk lutut
Setibanya dirumah pada malam harinya aku membuka sarana yang menurut Mbah adalah Ruwatan untuk menetralkan gangguan magic yang menimpa suami. Sarana kedua adalah Puter Giling yang ditujukan untuk menarik suami kembali pulang dan mengunci alat vitalnya.
Aku ikuti semua petunjuk dan tata cara dengan hening tulus berdoa kepada Tuhan. Semua ini hanya sarana saja, toh kekuatan doa yang akan berhasil memulihkan semua keadaan ini. Sabar kujalani dengan sepenuh hati, bersyukurnya suasana rumah ini kembali nyaman. Anak-anak mulai betah dirumah.
Saat malamku bersama anak-anak, tiba-tiba pintu gerbang ada yang membuka. Kami sempat terdiam sesaat, siapa gerangan? Ternyata suamiku pulang. Wajahnya terlihat kusut, lelah dan linglung. Kami bergegas saling membukakan pintu depan. Di teras itu suamiku bertekuk lutut dan meminta masuk. Matanya berkaca seakan telah terjadi hal diluar kendalinya. Selepas ini semua, kami berdoa bersama dimana badai telah berlalu dan semua menjadi bagian dari masa lalu.