Sakti Jadi Marketing Properti Dengan Susuk Energi
Persaingan ketat menghantam mentalku untuk berubah Sakti Jadi Marketing Properti Dengan Susuk Energi
Terlahir sebagai orang nekad
Halo semuanya kenalkan aku Irvan. Aku dari Semarang yang awalnya hanya nekat merantau ke Jakarta karena terlalu lama menganggur. Mungkin telinga sudah jadi pedas karena cibiran tetangga kiri kanan dan kanan kiri.
Untungnya aku punya kakak yang mau membantu memberi uang saku untuk merantau. Semarang ke Jakarta aku tempuh dengan sepeda motor warisan dari ayahku. Dalam hati, semoga gak mogok atau rewel ditengah jalan. Maklum saat itu jalur pantura terkenal dengan seribu lobang.
Dunia kerjaku yang katanya penuh peluang
Sampai juga akhirnya di Jakarta. Aku menuju kawasan Bintaro dimana ada tanteku tinggal disana. Tanteku ini wanita hebat yang berkarir di dunia jual beli sewa properti sejak masih muda. Dari tanteku inilah aku di ceramahi tentang bidang pekerjaan yang sarat peluang.
Ucapan tanteku menggiurkan juga nih dan sepertinya gak gitu sulit-sulit amat, begitu benakku menangkapnya. Seperti tak sabar aku memulai dunia kerja ini yang katanya gak habis-habis peluangnya.
Tak mau menunggu lama aku memulai pekerjaan ini. Kini aku sebagai marketing properti baru yang dituntut tampil rapi dan wangi dengan gesture percaya diri. Memang harus dipaksa seperti itu penampilannya.
Tak semudah membalik telapak tangan
Aku meniti pekerjaan dan karirku dengan belajar langsung dengan para seniorku. Sesekali memang ada pelatihan dari mereka secara resmi. Tapi kenyataan di lapangan kerap kali berbeda dengan teori. Aku mengalir saja mengikuti arus pekerjaan ini.
Beberapa bulan berlalu aku dihampiri rasa jenuh karena yang banyak peluang saja aku gak pernuh bisa raih. Saat mereka para marketing properti berhasil mencapai closing aku hanya bisa gigit jari. Sesuatu yang aku pikir mudah ternyata tak semudah membalik telapak tangan.
Apa aku harus berhenti saja ya? Tapi kalo berhenti justru yang terjadi adalah malu dan mengecewakan. Tapi sampai kapan aku hanya dapat gaji bulanan dan cipratan duit dari pameran? Pikiranku mulai gak tenang, kebanyakan mikir jadi keliyengan.
Menempuh cara metafisika
Orang tua dulu bilang bahwa tanah adalah pusaka. Menjual atau membelinya artinya kita telah berhubungan dengan sesuatu yang sakral yakni pusaka. Barangkali ini yang membuat pikiranku terbuka bahwa pekerjaan ini tak mudah walau banyak orang berpikir mudah. Yaa karena mereka sudah paham selah!
Aku mulai membaca artikel demi artikel metafisika tentang bagaimana cara mempengaruhi orang lain, menembus batas alam bawah sadar, menciptakan keselarasan aura positif dalam berkomunikasi dan sejenisnya. Memang ada beberapa produk metafisika yang bisa menciptakan itu.
Pilihanku jatuh pada produk Susuk Energi. Tapi tunggu, aku takut susuk karena pasti sakit rasanya. Terus kalo aku gak gunakan ini kapan lagi aku bisa? Hoki itu harus ditempuh bukan dibiarkan saja lalu hilang karena rasa takut.
Hari Rabu, aku buat janji dengan salah satu asisten Mbah Mijan. Menurut asistennya itu mengatakan bahwa Susuk Energi ini tidak ada rasa sakit sama sekali. Wong ini medianya beda mas. Dijamin gak bakal sakit sama sekali, begitu ujarnya.
Lelaki yang selalu kebanjiran hoki
Benar ternyata adanya tentang Susuk Energi racikan Mbah Mijan ini. Tujuh hari berlalu sejak aku gunakan ini satu persatu prospek yang dulu pernah aku hubungi berbalik menghubungiku. Fakta bahwa hoki sudah mulai menghampiri.
Aku layani konsumenku dengan penuh percaya diri. Mbah Mijan memberiku dorongan dan trik dalam menguasai psikologis konsumen dengan cara yang sempurna. Alhasil konsumen itupun deal bertransaksi sampai closing pun terjadi.
Gembira itu pasti. Makin gembira lagi saat esok harinya handphone ku ramai dihubungi calon konsumen. Hoki berikutnya pun terjadi sampai aku telat makan demi konsumen yang terus-terusan mencariku. Tak disangka pencapaianku melebihi para seniorku dan dengan begitu aku merasakan perlahan tapi pasti telah naik kelas taraf hidupku.