Susuk Pemanis Andalan Para Sekretaris
Ini soal keberuntungan dalam pekerjaan yang menjadi rahasia perjalanan karir saya dengan susuk pemanis andalan para sekretaris
Bukan lulusan terbaik
Saya Windy dan berasal dari Kota Salatiga, Jawa Tengah. Saya menyelesaikan pendidikan saya di kota kelahiran saya ini dan meneruskan kembali di Semarang. Sebuah sekolah yang melahirkan sekretaris handal pada saat itu. Meski lulusan dari sana tapi jujur saya bukanlah lulusan terbaik. Nilai saya standar saja.
Sebenarnya disiplin ilmu yang saya pelajari ini berawal karena saya ingin menjadi pegawai negeri sipil. Hal tersebut seperti apa yang pernah diinginkan oleh almarhum ayah saya. Namun justru saya gagal mengikuti seleksi calon pegawai negeri sipil sampai dua kali. Tak ingin mengecewakan saat itu akhirnya saya berniat untuk merantau.
Keinginan itu sempat ditolak oleh keluarga lantaran kami tidak ada sanak saudara di Jakarta. Jakarta atau Surabaya adalah kota tujuan merantau saya. Akhirnya demi ingin membahagiakan orang tua saya pun membulatkan tekad saya.
Nekad merantau ke Ibukota
Akhirnya di awal bulan Februari 2011 saya memberanikan diri nekad merantau ke Jakarta. Lewat informasi teman kuliah saya akhirnya diterima bekerja disebuah perusahaan yang bergerak dibidang energi dan sumber daya alam. Posisi saya saat diterima adalah sebagai sekretaris direktur pengembangan.
Hari demi hari saya habiskan untuk menekuni karir saya ini. Kabar saya telah bekerja dan mampu hidup mandiri membuat kedua orang tua saya bangga. Apalagi itu di perusahaan besar. Namun sayang setahun kemudian ayah saya sakit dan meninggal dunia. Saya pulang dengan sedih dan saya berjanji akan menjaga ibu saya. Bila perlu ibu akan saya bawa ke Jakarta.
Saya mengontrak rumah yang lebih besar demi membawa serta ibu dan kedua adik saya yang masih duduk di bangku SD dan SMP. Saya bertanggung jawab pada pendidikan mereka. Kedua kakak saya sudah berkeluarga dan cukup repot jika harus mengurus mereka.
Menjaga diri dengan susuk
Saya baktikan diri saya pada karir dengan sepenuh hati. Waspada dengan persaingan yang begitu ketatnya akhirnya saya mencari tahu perihal spiritual yang sesuai dengan posisi saya. Jujur saya adalah orang yang kental dalam hal Kejawen. Saya harus mendapatkan sosok ahli spiritual yang memang paham Kejawen.
Pencarian saya berakhir di akhir tahun 2012 dimana saya bertemu dengan Mbah Mijan. Kami sekeluarga bersama-sama mendatangi ke kediamannya didaerah Tangerang Kota. Disana saat itu banyak hal yang kita diskusikan. Sarana Susuk Emas yang saat itu menjadi pilihan saya dengan mantap saya sanggupi.
Awalnya memang godaan dan cobaan datang silih berganti tapi saya sadar sepenuhnya. Bahwasanya menggunakan susuk itu tentu banyak halang rintangnya. Jadi kudu kuat lahir dan batin. Sampai semuanya bisa saya lewati dengan terus berkomunikasi dengan Mbah Mijan jarak jauh. Satu hal yang paling dirasakan adalah makin banyak orang yang respek dengan saya. Buat saya ini adalah hal yang begitu luar biasa.
Menjadi kepercayaan boss
Perusahaan yang maju dan bertumbuh besar menjadikan keberuntungan saya makin melonjak tinggi. Rasa percaya diri yang terkontrol oleh daya susuk dalam tubuh saya menjadikan kepercayaan dari boss besar pun menjadi membesar. Jabatan sekretaris korporate yang seharusnya dijabat oleh seorang lulusan luar negeri dan berprestasi justru jatuh ke tangan saya.
Ini berimbas pada tingkat ekonomi saya. Menghidupi ibu dan pendidikan kedua adik saya bukan hal mudah. Sampai saya harus rela menunda pernikahan saya bahkan pacar saya yang tak sabar jadi pergi meninggalkan saya. Bagi saya pribadi, keluarga adalah segalanya dalam hidup saya.
Toh nanti urusan jodoh sudah ada takdirnya. Saya yang sampai saat ini masih menduduki jabatan penting ini tetap harus waspada. Bahwa tidak ada jabatan yang abadi. Namun kita bisa berikhtiar dengan benar jika kita memiliki niat baik untuk hal-hal yang baik. Semoga sedikit cerita pengalaman hidup saya ini dapat membuka wawasan dan kesungguhan kita dalam menjalani kehidupan.