Kisah Pilu Sakha Bayi Tertidur Lama
Menjadi viral di media sosial ketika seorang bayi delapan belas bulan membagi kisah pilu Sakha bayi tertidur lama
Sindrom Putri Tidur
Dongeng tentang putri tidur pasti bukan hal yang asing lagi di telinga Anda. Kisah serupa juga terjadi di dunia nyata. Dalam dongeng putri tidur, sang tokoh utama tertidur lama karena ulah sang penyihir jahat. Namun, dalam dunia nyata seseorang bisa tertidur lama karena adanya gangguan yang disebut Sindrom Putri Tidur atau Sleeping Beauty Syndrome.
Secara medis, sindrom ini juga dikenal dengan istilah “kleine-levin syndrome”. Sindrom ini tergolong langka dan bisa menyebabkan penderitanya merasa kantuk berlebihan sehingga penderita bisa tidur dalam hitungan hari, minggu, atau bahkan bulanan hingga tahunan. Orang yang mengalami sindrom ini bisa saja hanya terbangun untuk makan atau menggunakan kamar mandi.
Belum diketahui pasti apa yang menyebabkan sindrom ini. Namun, beberapa ahli kesehatan percaya jika faktor tertentu bisa meningkatkan risiko sindrom ini. Faktor risiko yang bisa menyebabkan sindrom putri tidur antara lain adalah gangguan hipotalamus, yang merupakan bagian otak pengontrol tidur, nafsu makan, dan suhu tubuh. Gangguan hipotalmus bisaa terjadi karena jatuh atau cedera kepala. Namun, ahli kesehatan juga menduga sindrom ini merupakan salah satu bentuk gangguan autoimun karena beberapa orang bisa mengalaminya setelah infeksi.
Bagaimana mengatasi sindrom ini?
Para ahli belum menemukan pengobatan spesifik untuk mengatasi gangguan ini. Kabar baiknya, ada beberapa metode yang bisa digunakan pasien untuk mengelola gejalanya, salah satunya dengan mengonsumsi obat. Obat yang biasa digunakan untuk mengelola gejala penyakit ini antara lain obat stimulan, seperti modafinil, amfetamin atau methylphenidate.
Namun, obat-obatan ini tak bisa digunakan untuk mengatasi gangguan suasana hati yang menjadi bagian dari gejala sindrom ini. Untuk mengatasi gangguan suasana hati yang menjadi efek dari sindrom ini biasanya menggunakan obat seperti lithium dan carbamazepine. Selain itu, beberapa obat alternatif yang digunakan untuk menguji respon pasien antara lain obat antikonvulsan, fenitoin, yang tampaknya memicu respons positif pada beberapa pasien.
Sudut pandang metafisika
Mbah Mijan sebagai praktisi dan ahli metafisika berpendapat bahwa ini merupakan fenomena mati suri. Istilah mati suri ini tidak asing ditelinga kita, dan sindrom ini identik dengan peristiwa mati suri. Seperti kisah nenek Mbah Mijan yang berusia lebih dari 100 tahun. Beliau mengalami fenomena serupa.
Selama mati suri, neneknya bertemu dengan sosok yang tinggi besar bahkan tinggi nenek hanya setara jempol sosok tersebut. Mbah Mijan teringat ucapan neneknya bahwa sang nenek ditanya sosok tersebut.
“Kamu ngapain ke sini? Sudah bawa kartu kuning belum?” tanya sosok tersebut. Sang nenek menjawab belum dan langsung diangkat sang sosok tersebut dan dilempar. Nenek mbah mijan terbangun dan kaget karena keluarga berkumpul di sekelilingnya. Keluarga juga kaget bercampur senang karena sang nenek bangun dari mati surinya.
Bayi Sakha tertidur lama
Kisah bayi Sakha yang tertidur sangat lama ini pernah terjadi pada beberapa orang dan biasanya kaum perempuan. Seperti halnya Echa dari Banjarmasin yang beberapa tahun lalu mengalami fenomena serupa. Secara logika dari kacamata medis peristiwa ini termasuk langka oleh sebab itu Mbah Mijan cenderung tertarik melihatnya dari sisi metafisika.
Setidaknya fenomena ini hanya terjadi pada empat anak saja. Bisa kita bayangkan jika dari seluruh dunia ternyata kasus langka ini tak sampai dialami hingga sepuluh atau seribu anak. Mbah Mijan mencatat keempat fenomena serupa terjadi pada Beth Godier, remaja asal Inggris. Pada Oktober 2014, Beth berkesempatan untuk berbicara di depan umum soal penyakitnya sehingga bisa meningkatkan kewaspadaan serta kesadaran mengenai penyakit langka tersebut.
Selanjutnya terjadi pada Heather Reed dari Canada. Selama lebih dari tujuh tahun Heather berjuang melawan penyakitnya encephalomyelitis myalgia (ME) dan Kleine-Levin Syndrome (KLS). Lalu Jade Fraizer dari Amerika, sindrom seperti ini bisa bertahan selama 10 tahun yang mana meski Jade tak bisa menikmati masa mudanya, kesempatan untuk sembuh itu akan datang ketika Jade beranjak dewasa.
Kemudian dialami pula oleh Louissa Ball dari Inggris. Di Indonesia sendiri ada Echa dan saat ini adalah Sakha yang masih balita. Mari kita bantu dengan doa agar mereka yang mengalami sindrom ini bisa kembali pulih seperti sedia kala.