RUPIAH LEMAH SALAH JOKOWI
Semakin hari, nilai tukar rupiah terhadap dollar semakin membabi buta, terhitung 26 Agustus 2015 dollar sudah mencapai Rp.14,000,- (empat belas ribu rupiah). Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah, nilai rupiah merosot tajam dan begitu cepat.
Tentu berdampak pada ekonomi Indonesia yang semakin carut-marut, sebetulnya kenapa rupiah bisa terjun bebas? Banyak faktor, terutama kebangkitan ekonomi Amerika Serikat, akhirnya berimbas kepada Indonesia dan ASIA.
Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan, agar bisa mengendalikan rupiah termasuk meresuffle kabinet kerja ala Jokowi-JK. Upaya ini belum menunjukan hasil, bahkan yang terjadi justru semakin terpuruk, semakin lemah dan semakin mengkhawatirkan.
Inilah kado istimewa untuk ulang tahun Republik Indonesia ke 70, sekaligus sebagai tantangan terberat seorang pemimpin negara, agar secepatnya mencari solusi terbaik.
Kunjungi produk best seller kami, dengan klik tautan ini
Pada kenyataannya, negara-negara tetangga juga sedang merasakan dampak dari menguatnya dollar Amerika dan sedang berlomba mengatasinya. Ada ungkapan rupiah lemah salah Jokowi, yang terlontar oleh masyarakat, menurut saya hal yang wajar.
Rakyat hanya tahu dapur tetap berasap, pekerjaan lancar, perut mereka kenyang, karena kebutuhan jelata, ya seperti itu. Soal beragam masalah yang ada, itu jelas tugas para penguasa negeri ini, rakyat menunggu hasil kerja keras semua pihak.
Seolah-olah semua yang terjadi adalah kesalahan dari satu orang saja, kekeringan salah Jokowi, banjir salah Jokowi dan rupiah lemah salah Jokowi bahkan hampir semuanya adalah salah Jokowi. Ujian berat setiap pemimpin pada masa kekuasaanya, memiliki keunikan masing-masing.
Adanya dua kubu yang saling berseberangan, membuat dinamika politik selalu menghangat, bagi kubu lawan, ini adalah kesempatan emas untuk membuat propaganda.
Kembali bicara soal ekonomi, rakyat kita sebenarnya cukup tangguh untuk menghadapi serangan krisis, walau demikian kepekaan pemerintah juga harus ditingkatkan. Istilahnya, tak ada nasi singkong pun jadi, itulah gambaran ketangguhan para jelata.
Tentu kurang bijak jika semuanya selalu menyalahkan Jokowi. Indonesia negara besar yang tidak di pimpin oleh satu orang, tetapi ada wakil dan juga para menterinya, masyarakat kita sudah cukup berpengalaman kalau soal di terpa krisis, seperti tragedi 98.
Jajaran pemerintahan seharusnya satu visi dan misi, tapi menurut saya hal ini belum terjalin. Sudah saatnya semua orang yang terkait, berfikir untuk memakmurkan Indonesia, bukan saling salah menyalahkan, jika atasan dan bawahan tidak bisa sinkron itu sangat disayangkan.
Pada kenyataannya yang terjadi sekarang ini adalah demikian, kita belum melihat kekompakan pemerintah dengan para wakil rakyatnya, misal dengan MPR, DPR masih terkesan seperti air dan minyak. Jika terus demikian, yang menjadi korban tetap wong cilik, padahal mereka duduk disana berkat rakyat.
Harapan saya, semoga Indonesia segera terbebas dari amukan dollar yang semakin melemahkan rupiah. Kita lihat kedepan, akan seperti apa terobosan yang diambil pemerintah guna mengatasi masalah ini.
Solusinya, Indonesia harus fokus secara serius untuk pembenahan para nelayan dan petani, apapun alasannya kita negara maritim dan agraria. Nelayan dan Petani selain di arahkan serta di beri bimbingan, juga harus dikenalkan dengan teknologi, agar hasilnya bisa bersaing dengan produk import.
Contoh sederhana, kita lebih suka memilih buah dan sayuran import, selain kualitasnya bagus, harganya juga murah. Petani Jepang, menanam dan memanen padi sudah menggunakan mesin canggih, saya rasa kita juga mampu melakukan itu.
Luas laut kita sangat fantastis, jika perikanan dibenahi dengan benar, tentu bisa meningkatkan daya saing dengan negara lain. Hasilnya bisa di export ke negara tetangga, sudah saatnya pemerintah memperhatikan nelayan dan petani sebagai solusi.
Disisi lain, kita juga memiliki hasil bumi sumber energi yang melimpah seperti, batu bara, sawit, timah, emas, tembaga dan lain sebagainya. Faktor penting lagi-lagi adalah infrastruktur, agar semua bisa berjalan sesuai keinginan.
Jika masalahnya ada di SDM, saya rasa bukan hal sulit kalau pembinaan rutin dilakukan, untuk menjadi seorang petani dan nelayan tidak perlu gelar tinggi. Mereka orang-orang yang tekun, pekerja keras, tinggal bagaimana mereka bekerja cerdas.
Kita mendambakan keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, keamanan dan kenyamanan, mari kita kawal pemerintah dengan berdoa bersama. Jika bicara sudut pandang metafisika, saya meyakini Jokowi – JK dan segenap kabinetnya bisa mengatasi masalah ini.
Gemah Ripah Loh Jinawai, Toto Titi Tentrem Ing Nagari
Baca Juga :
Beragam produk best seller yang paling diburu ribuan orang, klik dibawah ini
Anda sedang punya masalah…??? Anda Ingin Konsultasi Dengan Kami…??? klik saja link dibawah ini