Inilah Rahasia Bisnis Jadi Fantastis
Dalam tiga tahun terakhir ini saya membuktikan dahsyatnya sarana kerejekian dan inilah rahasia bisnis jadi fantastis
Korban pengurangan karyawan
Assalamualaikum sahabat sukses dimanapun Anda berada. Saya Andrian asli dari Jakarta. Saat ini usia saya 31 tahun dan tinggal di Yogyakarta selama enam tahun terakhir atau sejak lulus sarjana. Kota Yogyakarta saya pilih lantaran kenyamanan dan disana saya memiliki cukup banyak jaringan.
Saya bekerja disebuah perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang retail sebagai Asisten Kepala Toko. Posisi ini boleh dibilang cukup baik bagi saya. Namun diluar dugaan kondisi perusahaan yang bermasalah membuat saya kehilangan banyak teman. Hingga pada akhirnya saya sendiri tak luput menjadi korban pengurangan karyawan.
Meski berstatus pengangguran saya tak boleh patah semangat. Di kota ini saya banyak belajar tentang bagaimana bertahan hidup. Lebih utamanya adalah saya mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa.
Lelah melamar pekerjaan
Setiap pagi yang saya lakukan adalah minum kopi sembari terus mencari informasi. Saya menyiapkan banyak sekali lamaran pekerjaan setiap hari. Apa mau dikata? Negeri ini memasuki sebuah kondisi yang kita kenal dengan pandemi. Semua jenis pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan pengalaman saya seakan mati suri.
Saya sadar sepenuhnya bahwa kala itu perusahaan manapun akan berat mengambil keputusan. Jangankan menerima karyawan baru lha wong karyawan yang sudah ada saja dirumahkan. Begitulah yang terjadi sampai saya sendiri merasa lelah melamar pekerjaan. Harus mencari kemana lagi bila semua terdampak sulitnya situasi?
Sesekali saya memang ingin kembali ke Jakarta. Keinginan itu seketika pupus setelah terbayang kota Jakarta yang lebih sulit keadaannya. Setiap saat saya memutar otak sambil menghabiskan banyak waktu saya di masjid dekat kost-an saya ini. Berharap nantinya ada keajaiban dan jawaban dari doa-doa saya.
Meniti dari titik nol
Suatu sore yang cerah itu saya dihubungi ibu yang rupanya sudah rindu. Ibu bilang besok ulang tahunnya dan meminta jika bisa saya pulang ke Jakarta meski sebentar saja. Saya tidak mengiyakan tapi dalam hati saya pasti kembali ke Jakarta. Esok paginya saya bergegas untuk memberi kejutan kepada Ibu.
Singkat cerita Ibu dan Bapak telah mengetahui kondisiku yang sebenarnya di Jogja. Rupanya ada salah satu sahabatku yang selama ini memberikan update kabar kepada mereka. Bapak berniat untuk membantuku memulai bisnis dan meniti dari titik nol. Saya tetap memilih Jogja sebagai basis bisnis itu.
Ibu memberi dukungan yang berbeda kali ini. Menurutnya jika memang harus di Jogja saya tidak boleh hanya kosongan saja. Saya mesti ada pegangan atau sarana khusus sebagai penglaris kerejekian, katanya. Saya manut saja asalkan itu tidak bertentangan dengan ajaran agama. Ibu serius dengan hal itu lalu mengajak saya untuk berkunjung ke kediaman Mbah Mijan di Tangerang Kota. Banyak hal dibahas disana terus saya mendapat banyak hal baru yang selama ini tak terpikirkan oleh saya soal bisnis.
Bisnis maju pesat
Tak mau menunda waktu saya pun pamit berangkat ke Jogja. Kali ini bukan sebagai pegawai tapi saya terlahir baru sebagai pebisnis. Kopi menjadi pilihan saya untuk memanjakan penikmat kopi di Jogja dan sekitarnya. Pantang menyerah dengan kondisi yang serba terbatas saat itu jadi saya fokus pada bisnis online.
Belajar sambil berbisnis. Sarana Baiat Kerejekian saya bekerja dengan maksimal pada seratus hari pertama. Selanjutnya yang terjadi adalah bisnis ini banyak dilirik oleh para sahabat saya . Mereka satu persatu ingin menjadi partner bisnis sebagai pewaralaba. Kedai kecil mungil inipun berubah menjadi bisnis yang bisa dijalankan dari kamar kost.
Diluar dugaan saya dalam setahun pertama sudah lebih dari tujuh cabang dan semuanya termasuk laris manis dalam penjualannya. Sosial media berperan sekali dalam bisnis saya ini disamping kualitas produk kopi yang wajib dijaga dari waktu ke waktu. Kini saya menjadi pemilik bisnis kopi yang bisa banyak memberi kenangan kepada setiap penikmat kopi khususnya di Jogja.