Sembuh Sempurna Sewindu Menahan Guna Guna
Seperti kehilangan masa muda akibat serangan mengusik jiwa namun aku bersyukur akhirnya bisa sembuh sempurna sewindu menahan guna guna
Dikenal cantik sejak kecil
Namaku Itta, saat ini usiaku tiga puluh dua tahun. Aku dikenal cantik dan centil sejak kecil. Beberapa kali aku menang lomba saat usiaku masih dini hingga aku duduk dibangku SMP. Menginjak usia remaja aku lebih banyak menghabiskan waktu dirumah. Apalagi baca buku adalah kegemaranku setiap waktu.
Menginjak usia dewasa dimana aku harus masuk bangku kuliah, aku belum bisa lepas dari kebiasaanku membaca buku. Banyak buku yang kulahap dalam sehari. Bisa dibayangkan dua hingga tiga buku berhalaman tebal tak luput dari santapan keseharianku.
Sesekali aku mendengar omongan teman dan tetangga yang memuji kediamanku. Cantik sejak kecil, dulu periang sekarang sangat pendiam. Namun siapa sangka ketidakpedulianku pada omongan itulah yang menjadi awal petaka dalam perjalanan kehidupanku.
Menolak jadian dengan cowok
Bagiku, buku telah mengalahkan semua hal yang terjadi seiring usiaku. Disaat teman sebayaku mulai mengenal pacar, aku tetap tenang dengan buku ditanganku. Beberapa temanku malahan mengatakan jika aku ini aneh. Lantaran pernah ada cowok keren dikampus yang diincar banyak cewek justru ngajak jadian aku. Dengan tanpa pikir panjang aku menolak ajakan itu.
Beberapa minggu menjelang berakhirnya pendidikanku, mulailah aku merasakan ada sedikit banyak keanehan. Aku jadi lebih sering terbayang-bayang wajah cowok yang pernah ajak aku jadian. Bukan itu saja bahkan cowok itu masuk kedalam mimpiku.
Apapun itu aku tetap fokus dengan kuliah dan kebiasaanku membaca buku. Aku nyaris jarang pergi ke salon untuk merawat kulit dan wajah serta rambutku. Habis bagaimana lagi? Begini saja aku sudah dibilang cantik dan menarik. Buat apa aku mengeluarkan uang untuk perawatan kecantikan.
Terbunuh dalam kesendirian
Waktu terus berlalu dan kuliahku pun kelar. Aku bergelar Sarjana Pendidikan dan tak lama setelah lulus aku mengajar disalah satu Sekolah Dasar tak jauh dari rumah. Sambil mengajar aku meneruskan pendidikan Strata Dua demi bisa menggapai lebih layak.
Kali ini berbeda, tak ada satupun pria yang mendekatiku. Sebaliknya setiap aku menatap pria malah mereka menghindariku. Sementara teman-teman lain juga gak jauh beda. Ada apa sebenarnya yang terjadi dengan diriku. Perasaan aku biasa saja, tapi kenapa semua pria menghindariku?
Dari kejanggalan itulah aku mencoba menanyakan kepada mamaku. Sedikit paham mama soal ini dan jawaban mama begitu mengejutkanku. Mama bilang auraku jelek sekali dimana didepan banyak pria aku terlihat seperti nenek-nenek. Tak hanya disitu saja menurut mama, aku akan nampak aneh saat berhadapan dengan siapa saja. Itulah yang membuat semua menghindariku.
Sewindu bertahan
Sampai selesai pendidikan akhir, semua tetaplah sama. Tak ada pria mendekatiku dan banyak teman-teman yang mungkin sengaja pergi dariku. Bak terbunuh dalam sepi, sementara membaca buku sudah berkurang intensitasku. Akupun ingin dekat pria, dimanja dan dinikahi. Seperti halnya teman-teman yang telah menikah.
Lamanya aku bertahan bahkan hingga mama terlihat renta. Aku menyesal dengan apa yang sebenarnya terjadi ini. Dalam tanda tanya besarku, aku pernah membaca buku tentang Ruqyah atau Ruwatan. Sebuah tata cara untuk membuang kesialan dan membersihkan aura diri.
Aku mantapkan diri mengakhiri kesendirianku. Usiaku tak muda lagi dan betapa aku sangat terkejut ternyata aku terkena guna guna. Wajahku dibuat tak menarik dan tak cantik lagi. Aku tak ingin menyalahkan siapapun, barangkali aku telah melakukan kesalahan dimasa lalu.
Berkat Ruwatan Buang Sial inilah auraku dikembalikan bersih seperti semula. Gak menunggu lama aku bertemu teman kuliahku dan akhirnya kami menikah. Mama menerimanya meski suamiku adalah duda beranak dua.