WANITA BERLUMURAN DARAH DENGAN KEPALA TERBELAH
“Ku kira bau busuk itu bersumber dari selokan pinggir jalan yang ku lewati, ternyata sampai rumah aromanya tetap tercium, saat aku menoleh kebelakang, wanita berlumuran darah dengan kepala terbelah tersenyum padaku”.
Walau capek karena baru selesai bekerja, Deni menyempatkan waktu untuk hadir ke pesta ulang tahun Putri. Kelelahan yang menggelayuti wajahnya, ia tutupi dengan pura-pura tersenyum di depan banyak orang.
Putri turun menghampiri Deni, kesempatan itu tak dia disia-siakan, untuk menjabat tangan, memeluk dan memberi ucapan selamat, “Met ultah ya put, sehat dan sukses selalu”, ucapnya. Bak gayung bersambut, gadis cantik ini tersenyum sambil berkata “makasih ya Den, udah dateng”.
Putri menjauh dari pelukannya, berjalan menemui tamu satu-persatu, ia memilih duduk di pojok dekat meja makan, agar alunan musik tak begitu mengganggunya. Suasana malam itu, terlihat indah dengan kelap-kelip lampu dan canda tawa para tamu undangan yang memenuhi ruangan.
Pesta ulang tahun yang seharusnya membuat Deni gembira, tapi justru dia gelisah, padahal tak ada yang dipikirkan. Ia merasakan kesunyian ditengah banyak orang, ”hari yang aneh, gak kaya biasanya deh”, gumam Deni dalam hati.
Saat duduk terdiam menikmati lamunan, tiba-tiba Putri datang menghampiri dan menarik tangannya dengan setengah memaksa “Den, temenku ada yang mau kenalan tuh, kesana yuk, ikut nimbrung biar seru nih” bisiknya. Ia tak bisa menolak, bangun dari tempat duduk dan berjalan mengikuti Putri dari belakang.
Rasa gelisah sedikit terobati setelah ia berkenalan dengan gadis hitam manis yang bernama Trisni, senyumnya yang menggoda dibalut gaun hitam corak merah, membuat Deni bergairah. Obrolan kecil terjadi “dek Trisni tinggal dimana, datang kesini sama siapa?” ucap Deni kepadanya.
Gadis hitam manis inipun menjawab “Aku tinggal di Desa Muncang mas, belakang toko besar, samping kantor kepala desa, tadi aku kesini bareng temen-temen”. Deni agak terkejut mendengar jawaban Trisni, karena setahu dia, tak ada toko besar di sebelah kantor kepala desa, kalaupun ada, itu gedung kosong.
Dalam keramaian pesta, Deni pun terlarut semakin asik bercengkerama, sambil diselingi canda tawa dengan wanita yang baru Ia kenal. Tak terasa waktu semakin larut, Deni memberanikan diri untuk mengajak Trisni pulang bersamanya, “dek, kalau mau pulang bareng mas aja, kebetulan searah” ajak Deni dan Trisni menganggukan kepala.
Masih ada rasa penasaran dihati Deni mengenai tempat tinggal gadis itu, mereka berdua jalan kaki menuju rumah Trisni. Sepanjang perjalanan, mereka berbagi kisah hidup masing-masing, seperti soal pekerjaan sampai urusan asmara menjadi pembahasan menarik malam itu.
Dalam keremangan, hanya sinar rembulan yang menerangi setiap langkah mereka, Deni bisa melihat sekeliling area yang ia lewati, tampak pohon bambu serta deretan nisan di pemakaman umum. Keheningan malam dan suara jangkrik membuat suasana terasa mencekam.
Tiba-tiba Deni tersentak, pasalnya, saat melintasi area pemakaman, ia mencium aroma busuk yang sangat menyengat, dan bau ini tidak pernah ia temui selama hidupnya. Kegelisahan menghinggapi hatinya ”Ini kayak bau busuk bangkai tapi kayak bukan, kok baunya aneh gini yak” Deni bergumam dalam hatinya.
Deni masuk dalam situasi yang membuatnya tidak nyaman, ia takut dan gelisah seakan-akan ada sesuatu yang sedang mengintipnya. Tiba-tiba Trisni mengganggu lamunan Deni, ”mas, itu rumah saya”, ucapnya.
Tak berapa lama akhirnya mereka pun sampai, wanita itu menawarkan untuk beristirahat sejenak, karena rasa letih, Deni pun menerima tawaran itu. ”Bentar ya mas, saya buatkan minum dulu ya”, ucap Trisni.
Deni memilih duduk di saung bambu, berharap bisa meluruskan kakinya yang terasa pegal, ditemani hembusan angin serta diiringi suara jangkrik, membuat dia sangat menikmati suasana malam itu. Namun tidak berapa lama, ada lolongan anjing yang mengganggunya. Seketika suasana tiba-tiba berubah menyeramkan.
Tidak hanya itu, cuitan burung hantu terdengar sangat dekat, belum hilang suara kedua binatang itu, Deni kembali mencium aroma busuk “ya Tuhan, bau lagi, bau lagi, bikin mual” gerutunya.
Dengan penuh penasaran Deni mencari sumber bau tersebut, baru mulai melangkah, tiba-tiba dia dikejutkan dengan kehadiran gadis kecil yang membawa secangkir kopi, “Jangan ngelamun Om, tar ada setan lho, monggo diminum” sapa gadis kecil itu.
Sudah setengah jam lebih, Trisni tak kunjung keluar, akhirnya Deni memutuskan untuk segera pulang, ”kemana sih dia, lama bener kagak muncul, gak enak ah, tengah malem gini masih dirumah cewek” ucapnya dalam hati.
Dia bergegas bangun dari tempat duduk, memanggil Trisni untuk berpamitan, “Dek, Dek Tris, punten dek, udah malem, mas pamit dulu yaa” panggil Deni. Trisni keluar dari dapur dan berkata “Lho mas, kok buru-buru, baru mau aku buatin kopi”.
Tanpa menjawab lagi Deni akhirnya pulang, dalam perjalanan, aroma busuk itu seakan terus mengikuti, bahkan setelah ia sampai rumah, bau tersebut semakin menyengat. Bulu kuduk semakin berdiri, namun yang terlintas justru si gadis kecil di rumah Trisni.
Sebelum masuk rumah, dia sempat menoleh kebelakang, kaki mendadak lemas seketika, setelah seorang gadis berlumuran darah dengan kepala terbelah tersenyum padanya, ”Hah, bukannya iii,,itu gadis yang tadi…”ucap Deni sambil lari ketakutan.
Ia benar-benar takut luar biasa saat darah segar mengalir dari kedua mata gadis itu, jantung terasa mau copot, buru-buru dia masuk kamar sambil terus membaca doa.
Anda sedang punya masalah…??? Anda Ingin Konsultasi Dengan Kami…??? klik saja link dibawah ini