Aku Ubah Kenyataan Dengan Ruwatan
Menjalani cobaan berat bertubi-tubi dalam segala urusan selama hampir lima tahun menguatkan diriku bahwa aku ubah kenyataan dengan ruwatan
Sarat prestasi
Assalamu’alaikum saudaraku semua, aku berasal dari Jakarta dan ingin berbagi cerita. Perkenalkan namaku Rahmat dan saat ini aku bekerja disebuah agensi Travel Umroh dan Haji di Jakarta. Sekilas saya akan bercerita masa kecil saya hingga lulus diploma. Aku dibesarkan dalam keluarga sederhana yang kala itu menetap di Depok.
Sebenarnya aku memiliki banyak prestasi saat bersekolah. Tak hanya prestasi sebagai juara kelas saja tapi juga aku beberapa kali menjuarai lomba dari menulis essay sampai ajang lomba matematika. Tentunya hal itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi kedua orang tuaku.
Meskipun pada akhirnya aku tidak dapat meneruskan sekolah ke Perguruan Tinggi Negeri karena beberapa hal. Akupun akhirnya memilih bekerja serabutan sambil meneruskan pendidikanku setingkat Diploma. Kasihan orang tua yang masih membiayai ketiga adikku.
Banjir fitnah
Tak banyak yang terjadi saat aku menyelesaikan pendidikanku. Justru pada saat aku sudah diterima bekerja disebuah kantor ekspor impor di Tangerang-lah masalah demi masalah menghampiri. Ditempat kerjaku ini, aku kerap kali menerima fitnah dari para seniorku. Satu ketika aku harus menerima kenyataan pahit di pecat tak hormat atas fitnahan itu.
Tak hanya itu saja, tabunganku pun pernah raib lantaran aku kehilangan dompet beserta semua isinya. Seisi tabungan dikuras habis sebab di kartu ATM itu memang ada nomor PIN yang belum aku buang. Pernah juga motor yang belum lunas aku beli di gondol maling saat parkir disebuah minimarket.
Belum berhenti disitu, beberapa kali aku mengenal dekat dengan perempuan pun selalu kandas. Terakhir kali terpaksa putus akibat fitnah yang dilakukan oleh temannya. Tak banyak yang dapat aku jelaskan tentang kesialan urusan asmaraku ini. Demikian banyak fitnah membanjiri perjalanan hidupku yang belum genap dua puluh lima tahun ini.
Berniat hijrah
Aku hanya menceritakan semua kegelisahanku kepada ibuku. Aku adalah anak yang tertutup bagi bapakku sebab aku tak ingin bapak nanti kebanyakan pikiran karena ketidakberuntunganku ini. Ibulah tempat saya mengadu dan dari Ibu pula aku mendapat dukungan khususnya spiritual.
Sampai pada suatu sore saat aku libur, aku melihat beberapa pemuda yang hendak berangkat ke masjid. Entah kenapa saat itu aku merasa malu kepada diriku sendiri. Sampai kapan aku terus begini? Apa mungkin karena aku lupa dengan Illahi, lupa tugasku dan lupa berbagi sedekah dengan sesamaku.
Malam harinya aku sulit tidur, aku berpikir keras untuk berhijrah meninggalkan masa laluku ini. Beberapa kali Ibu sempat mengatakan padaku soal Ruqyah. Kata Ibu,”Bisa jadi kamu memang harus di Ruqyah Nak”. Aku tak banyak tahu apa itu Ruqyah dan akhirnya aku luangkan waktu membaca beberapa artikel tentang Ruqyah. Benar saja rupanya, auraku mungkin sangat berantakan dan hitam kelam. Makanya hidupku pun penuh rintangan dan cobaan.
Bangkit merubah kondisi
Tak lama sejak aku memahami keadaanku yang memprihatinkan ini, lantas aku coba buka-buka artikel dan doa-doa untuk Ruqyah. Disitulah aku menemukan sebuah tulisan tentang Ruwatan Buang Sial. Menarik juga ini, bisa jadi memang inilah saat yang tepat buatku untuk bangkit merubah kondisi.
Lewat bantuan ahli ruwatan akhirnya aku memulai untuk menjalani serangkaian proses pembersihan aura diriku ini. Mbah Mijan, yang akhirnya menjadi guru spiritualku membimbing dan memantau setiap perubahan yang terjadi. Hari demi hari semangatku bertumbuh sampai saat menjelang bulan puasa, aku diterima kerja disebuah perusahaan travel Umroh dan Haji.
Seingatku, itu lamaran kerja sudah sangat lama sekali. Kok baru tiba panggilan kerjanya, aneh sekali itu. Tak disangka ternyata diperusahaan inilah aku bisa berubah jauh lebih baik. Mendapatkan posisi sebagai agen pemasaran yang dalam perjalanan karirku saat ini aku telah memiliki tak kurang dari 30 anak buah yang turut mengembangkan perusahaan menuju layanan yang berkah dan amanah. Tak henti akubersyukur semoga tak terjadi lagi kesialan masa laluku.
Wassalamu’alaikum.