Kesetiaan Sejati Seorang Pengawal Pribadi
Keberhasilanku saat ini berkat doa dengan tulus serta wujud dari kesetiaan sejati seorang pengawal pribadi
Hijrah dari Sumatera ke Jawa
Aku biasa dipanggil Ucok. Mungkin karena aku pemuda dari Medan, Sumatera Utara. Waktu kecil aku tak pernah kepikir untuk meninggalkan kota kelahiranku. Semacam merantau lah seperti itu. Tetapi seiring bertambah umur rupanya menambah pula kebutuhanku. Apalagi aku anak sulung yang harus membantu kebutuhan adik-adikku.
Aku memang sempat bekerja di Medan selama tiga tahunan. Lalu karena tak juga cukup untuk kebutuhan yaa mau tak maulah aku hijrah. Merantaulah aku ke Jawa. Banyak kali teman di Jawa khususnya di Jakarta jadi mudahlah aku ketika sampai di Jakarta. Menumpang dirumah kawan.
Jadi aku ini hanya lulusan SMA. Tak ada ketrampilan lain yang aku punya selain membawa mobil. Jadi aku ke Jakarta ini hanya bawa ijazah SMA dan SIM A saja. Sudah pasti pekerjaan yang bisa aku lakukan hanyalah menjadi seorang sopir saja.
Berkat doa mama
Mamaku adalah orang yang taat beragama. Setiap malam mama terbangun mendoakan kami semua. Seperti waktu aku mau berangkat ke Jakarta tempo hari, mama selalu bilang doa mama doa mama doa mama tak akan putus buat aku ini. Berat meninggalkan mama dan adik-adikku. Papa aku sudah meninggal karena kecelakaan dan sejak itu pula akulah tulang punggung keluarga ini.
Doa mama ini manjur mujarab rupanya, sebab tak lama aku menumpang kawan ternyata aku sudah dapat peluang kerja. Sebagai sopir pula, cocok dengan kemampuan dan keahlianku. Jadi tak perlu ragu aku terus semangat untuk bisa dapatkan pekerjaan itu.
Singkat cerita aku diantar kawanku menuju daerah Cikarang. Panas kali disana aku menunggu si boss yang mau pekerjakan aku ini. Dari jam 9 pagi sampai jam 12 siang baru bisa ketemu si boss. Rupanya boss ini orang Jepang dan agak susah berbahasa Indonesia.
Membina hubungan baik
Aku berusaha menciptakan chemistry antara diriku dengan si boss ini. Sesekali aku mengajarinya bicara bahasa Indonesia agar lebih akrab. Ada pesan almarhum papaku agar siapapun boss-mu maka layanilah dengan tulus ikhlas. Rapi punya penampilan dan jangan buat boss marah dengan kelakuan tak betul. Papaku keras mendidik tapi benar semua yang ia ajarkan.
Hari berlalu cepat aku lalui bersama si boss Jepang ini. Kalau tiba akhir pekan si boss biasa meminta untuk diajak jalan-jalan refreshing mencari hiburan. Kadang pulang sampai lewat larut malam. Disitulah kesetiaanku diujinya. Tak boleh aku mengantuk apalagi tertidur.
Boss sangat memperhatikan semuanya termasuk penampilanku yang harus rapi bersih dan wangi. Boss ini suka dengan postur tubuhku yang tinggi tegap. Malahan boss bilang kepada relasinya kalau itu bukan sekadar sopirnya. Aku dibilang sebagai pengawal pribadi dan bodyguard. Aku beruntung dengan anggapan itu sebab berpengaruh dengan gajiku.
Benda kenangan dari papa
Ada satu cerita dalam perjalananku di perantauan. Sebuah cincin berbatu giok peninggalan almarhum papa yang selalu aku bawa kemana saja. Cincin itu kesayangan papa dan ia berpesan bahwa cincin itu akan membawa keberuntungan bagiku.
Ahh percaya tak percaya tapi itu terbukti sekarang. Aku lama-lama penasaran kenapa bisa benda ini jadi bertuah dan sakti? Lama kusimpan penasaranku ini sampai aku tanyakan kepada mama saat aku telepon ke Medan. Mama tak banyak menjawab soal cincin giok itu.
Lalu kutanya lagi lain hari, dijawablah oleh mama jika cincin itu telah di doakan khusus dengan Minyak Seribu Hajat. Apa lagi itu aku tak paham maknanya. Setelah mendalam aku cari tahu rupanya cincin ini memang bukan cincin biasa. Ada energi metafisika yang memudahkan penggunanya dalam menempuh hajat tertentu. Semisal aku seorang sopir agar selamat diperjalanan, disayang diperhatikan boss dan hajat lainnya.
Kawan, disinilah aku harus berterima kasih kepada almarhum papaku. Dengan cara inilah pekerjaanku yang tulus setia terdorong menjadi keberhasilan dan kemakmuran.