Peluang Terjual Nihil Ternyata Bisa Berhasil
Lamanya waktu dan sulitnya menawarkan membuat saya tercengang manakala peluang terjual nihil ternyata bisa berhasil
Saya adalah kepercayaannya boss
Nama saya Marzuki, saya dari Cirebon dan sejak muda saya telah merantau berhijrah ke Jakarta. Profesi awal saya adalah sebagai sopir pribadi. Kala itu saya mengantar dan menjemput putra kesayangan boss saya yang bernama mas Youngky. Mas Youngky sendiri adalah putra pertama dan saat saya bekerja usia beliau baru 9 tahun.
Saya menemani mas Youngky yang biasa saya panggil Aden hingga selesai kuliah di Jakarta. Sebelum akhirnya Aden melanjutkan kuliah S2 di Inggris. Sepeninggal Aden keluar negeri saya tetap dipekerjakan dirumah ini karena rupanya Aden berpesan kepada papinya agar saya tetap ada hingga Aden kembali ke Tanah Air.
Saya bekerja serabutan, mulai dari membantu pekerjaan sopir yang lain hingga pekerjaan rumah tangga yang mampu saya kerjakan. Termasuk boss minta tolong untuk membantu jual beli property dan mobil tua yang menjadi kegemarannya. Saya dipercaya boss memiliki loyalitas yang tanpa batas.
Kebaikan boss yang tak terbalas
Dirumah boss saya dan juga pekerja lainnya diperlakukan selayaknya keluarga besar. Entah itu pembantu, sopir, tukang kebun hingga tukang plumbing semua diperlakukan seperti anaknya sendiri. Meski boss sudah tua namun beliau masih lincah untuk ukuran seusianya.
Rutinitas bermain golf setiap akhir pekan dan olah raga pagi tak lepas dari kebiasaannya. Selain itu beliau rajin beribadah dan berderma. Ada satu hal yang tak bisa terlupakan dari seorang Marzuki dimana beliau kala itu menanggung seluruh biaya pernikahan saya mulai dari melamar hingga hari H.
Bagaimana bisa kami semua membalas kebaikan beliau sekeluarga? Maka itu kami menjadi orang yang terdidik secara alamiah atas kebaikannya. Kami menduplikasi disiplin, ketaatan dan jiwa besar beliau. Kepadanya kami mengabdi dan tetap menjaga keberadaan kami meski kami diperlakukan bukan seperti pekerja.
Tugas menjualkan aset
Suatu hari sekitar 2 tahunan yang lalu, boss meminta saya secara pribadi untuk menjualkan aset berupa rumah yang lokasinya cukup pelosok. Selain itu rumah dengan gaya bangunan kuno ini lama tak berpenghuni. Konon rumah ini sudah coba dijual dan ditawarkan kepada para relasi boss namun tidak kunjung terjual.
Kala itu tugas saya adalah menawarkan dan menjualkan aset ini. Meski tanpa ada batas waktu sampai kapan namun tugas ini merupakan tugas berat. Bila tak terjual akan muncul beban mental pada diri saya pribadi. Saya pun tak henti berdoa dan bila memungkinkan ada kesempatan saya selalu menawarkan kepada siapapun yang saya temui.
Secara tak sengaja waktu itu saya mengantarkan dokumen surat yang hendak dikirimkan keluar negeri. Dalam antrian yang panjang saya mengisi waktu dengan berkenalan dengan orang yang ada disitu. Nah tiba-tiba ada salah satu dari orang di antrian itu yang menyarankan saya untuk menggunakan cara khusus. Barangkali inilah hikmah daripada silaturahmi, begitu dalam pikiranku.
Saran untuk di syarati
Pesan yang saya dapatkan saat bertemu orang di antrian panjang adalah sebuah saran untuk men-syarati atau bahasanya adalah di syariat-kan. Hanya saja saat itu saya bingung harus kemana saya harus mencari dan mendapatkan sarana syariat ini. Mau kemana lagi kalo bukan tanya ke Google?
Dari pencarian itulah saya mendapati informasi tentang Azimat Property. Namun ini bermahar yang lumayan mahal bagi saya. Saya sempat terdiam namun saya tak ingin berpikir panjang. Mengingat kebaikan boss selama ini, mahar segitu akan saya upayakan terwujud.
Alhasil, pekerjaan berat ini pun berhasil meski dalam peluang yang nihil. Berita terjualnya aset ini sampai ditelinga Aden dan saya langsung dihubungi saat itu dari Inggris. Aden berpesan, sehat selalu Mang dan tunggu saya kembali. Saya ingin bersama Mang Zuki yang menemani bisnis saya di Indonesia nantinya. Demikian pengalaman saya yang sampai sekarang saya masih heran dan terngiang.