Perihku Menjadi Berkah bersama Saputangan Karomah
Empat tahun berstatus Pahlawan Devisa yang lemah namun kini perihku menjadi berkah bersama Saputangan Karomah
Semua berawal dari tekanan hidupku
Perkenalkan namaku Azizah. Aku berasal dari keluarga yang hidup pas-pasan di pelosok kota Jawa Timur. Aku menikah muda dan dikaruniai satu anak perempuan. Aku tak menyangka perjalanan hidupku rumit setelah aku menikah.
Bagaimana tidak? Suamiku lebih mementingkan kesenangannya daripada istri dan anak semata wayangnya. Setiap hari kebutuhan hidup kami bak langit dan bumi. Jauh dari kata cukup, semua serba kekurangan. Jangankan untuk makan enak bergizi, aku dan anakku terpaksa puasa karena memang sering tak ada yang bisa kami makan.
Curhatan seorang anak kepada ibu
Aku tak mau larut dalam situasi dan kondisi seperti ini. Biarlah aku terima ikhlas semua perlakuan suamiku ini. Aku masih punya seorang ibu yang sanggup mendengar semua keluh kesah kegelisahanku. Meski dalam hati aku tak tega melihat ibuku memikirkan permasalahanku ini.
Curhatanku ini rupanya membuat ibuku mengambil alih anakku untuk dirawatnya. Sementara ibu dengan tegas memintaku untuk mendaftar sebagai Tenaga Kerja Wanita. Ibu ingin aku merantau keluar negeri agar bisa merubah semua kondisi ekonomi yang makin menekan ini.
Beberapa lama aku termenung memikirkan ini. Antara tega gak tega meninggalkan putriku. Aku pun Shalat Istikharoh untuk memantapkan hatiku dalam mengambil keputusan. Esok harinya aku tak ingin lama-lama berpikir, aku harus berangkat.
Suka dukaku sebagai TKW
Singkat cerita semua proses aku jalani dengan lancar. Aku berangkat dengan penuh kesiapan ke Taiwan. Menurutku sih, semua sudah benar-benar siap. Aku harus kuat, aku harus bisa. Itu saja dalam benakku.
Menjalani hidup di negeri orang ternyata cobaan dan godaannya luar biasa. Jujur, terlebih godaan dari para pria dari sosial media. Terus terang aku sering kesepian saat menjelang malam.
Aku salah, aku sudah tergiur dengan janji-janji lelaki yang kukenal di sosial media. Bertahun kulewati aku gak sadar lelaki itu menghabiskan semua tabunganku. Tak terasa masa kontrak kerjaku sudah mau habis. Yaa Allah bagaimana ini aku pulang tanpa bawa hasil? Sementara lelaki yang kukenal itu justru pergi begitu saja setelah menguras tabunganku.
Kesempatan kedua di negeri orang
Aku pulang meski aku belum berhasil. Orang tuaku kecewa tapi bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur. Anakku tumbuh makin besar, makin butuh biaya lebih besar pula. Aku menghiba kepada ibu untuk mengizinkanku berangkat merantau di negeri orang untuk kali kedua.
Sebelum berangkat, aku tinggal di karantina bersama Wulan. Wulan ini sudah cukup lama menjadi TKW. Hebatnya sahabatku ini sudah memiliki rumah yang bagus, bahkan membuka toko kelontong yang dikelola dengan baik oleh keluarganya. Sedikit iri sih, jadi pengen tahu gimana caranya.
Hatiku berkecamuk, aku gak mau lagi jadi TKW yang malang. Aku harus jadi seperti Wulan. Gak bisa enggak pokoknya harus.
Berkah dari Saputangan Karomah
Sambil bercengkerama di kamar bersama Wulan, aku mulai bertanya bagaimana bisa sukses merantau sebagai TKW? Wulan pun tak pelit berbagi pengalaman. Salah satu yang membuatku agak kaget adalah saat Wulan menunjukkan sebuah kain yang dia sebut sebagai Saputangan Karomah.
“Azizah, Saputangan ini namanya Saputangan Karomah. Inilah yang menemaniku selama menjadi TKW”, ujarnya dengan nada serius. “Dari mana kamu dapatkan ini?”, tanyaku sambil menyentuh saputangan itu. “Kalo kamu mau, ini aku kasih nomor Whatsapp-nya”, jawab Wulan sambil menunjukkan sebuah nomor kontak dari handphone-nya.
Saat itu pula aku beranikan diri untuk menghubungi. Beberapa menit kemudian sudah terhubung dan aku dilayani dengan chating yang menyenangkan. Iya, asisten dan admin Mbah Mijan merespon keinginanku. Semangatku bertumbuh karena ingin berhasil seperti Wulan.
Sukses itu tekad bulat pilihanku
Belajar dari pengalaman sebelumnya dimana aku terjebak situasi berujung gagal. Kali ini aku beruntung bisa mendapat pencerahan banyak dari Mbah Mijan agar mantap memilih sukses sebagai TKW. Berbekal Saputangan Karomah pula aku merasa terlindung dan percaya diri.
Benar adanya, sukses itu memang pilihan. Tidak ada kendala berarti dari keberangkatanku yang kedua ini. Hingga tiba di Taiwan semuanya sangat lancar. Majikan yang baru pun begitu ramah. Seakan menganggapku bagian dari keluarga mereka.
Kali ini aku boleh puas hati sebab aku bisa menabung lebih banyak dari perkiraanku. Setiap kali aku menghubungi ibuku, beliau turut bahagia. Bahkan ada satu hal yang mengejutkanku. Suamiku yang dulu gak jelas malahan muncul saat aku Video Call ibu. Mereka begitu akrab, rukun dan penuh kasih sayang. Putri anakku pasti terlindung dengan baik.
Tak henti aku bersyukur kepada Allah yang telah memberiku kesempatan kedua. Kesempatan ini akan aku gunakan untuk meraup berkah bersama Saputangan Karomah. Terima kasih Mbah Mijan dan tim yang sudah bersedia membantu selama ini. Salam dari keluarga Azizah.