Puter Giling Hapus Pusing Tujuh Keliling
Problem yang mengguncang rumah tangga kami tuntas dan amalan puter giling hapus pusing tujuh keliling
Menikah usia dini
Saya Fitri, wanita yang menikah di usia 18 tahun sedangkan pria yang menjadi suami saya kala itu berusia 19 tahun. Kami menikah muda lantaran kami tak ingin terjadi hal-hal yang tak kami inginkan. Mas Yoyok adalah pria yang menjadi cinta pertama saya, sekaligus kakak kelas saya.
Kami menikah beberapa hari setelah kelulusan sekolah saya. Mas Yoyok yang saat itu hendak masuk semester 3 bersedia menikahiku meski ada kendala dari beberapa hal terutama soal nafkah. Mas masih kuliah dan akupun baru lulus sekolah. Akhirnya kami sepakat untuk mengontrak di dekat kampus dan saya sambil berjualan kecil-kecilan.
Awal pernikahan kami dalam setahun pertama memang tanpa masalah. Kami masih Anak Baru Gede yang mengalami pernikahan dini karena alasan komitmen saja. Setelah setahun berlalu mungkin karena ego kami mulai bergejolak satu sama lain.
Adu mulut dan saling diam
Puncaknya adalah menjelang wisuda suami, kami justru sering bertengkar dan adu mulut. Kadang yang terjadi adalah kami saling mendiamkan satu sama lain. Saya ingat betul saat itu bahwa suami ketahuan dekat dengan seorang wanita yang bersedia membantu biaya kuliahnya.
Namun wanita itu rupanya janda yang seringkali mengajak jalan suami saat malam. Kadang pulang sampai larut malah pernah pulang habis Shubuh. Saya curiga pasti ada hubungan khusus antara suami dan wanita itu. Dilain kesempatan saya mendapati suami juga ada kedekatan dengan teman perempuan di kampusnya.
Saya kaget ternyata suamiku adalah play boy yang memanfaatkan banyak perempuan untuk diambil keuntungan. Suami rela menemani asal dapat uang, tapi pasti ada hal lain juga yang tak seperti itu. Saya yakin suami pasti berkencan dengan lain perempuan lagi. Setiap kali saya ingin membahas itu, justru cekcok yang terjadi. Tengkar lagi dan tengkar lagi, malu didengar tetangga kontrakan.
Pisah malu gak pisah ngilu
Sebagai pasangan suami istri muda memang rentan dengan keegoisan masing-masing. Saya akan sekuat tenaga mempertahankan meski rasanya ngilu. Rasanya percuma saya menunda program kehamilan sementara suami bersenang-senang diluar sana.
Saya beruntung bisa diterima bekerja sebagai SPG sebuah produk kosmetik dan parfum. Saya bisa memiliki gaji dan komisi yang lumayan besar. Dengan bekerja ini saya tak hanya bisa menabung saja tapi yang utama adalah saya bisa melupakan semua kengiluan hati saya dirumah.
Bekerja membuat saya bersemangat dan merasa seperti masih single. Meskipun yang saya rasa ini adalah mau berpisah tapi malu, tapi kalau bersama terus hatinya ngilu. Saya tetap mempertahankan suami apapun yang menjadi kekurangannya.
Suami mati kutu diluar rumah
Makin parah kelakuan suami membuat saya berpikir untuk menyerahkan masalah ini kepada ahli spiritual. Tak tanggung-tanggung saya sudah menggunakan jasa orang pinter sampai 6 orang. Memang reaksinya masing-masing berbeda. Saya hanya berpikir biarlah waktu yang menjawabnya.
Sampai suatu ketika rekan kerja saya menyarankan saya untuk melakukan ritual khusus mengunci alat vital suami. Nah tuh, artinya suami hanya bisa bermain cinta dirumah saja. Jika keluar rumah dan mau neko-neko maka lemah lunglai yang ada. Saya menyanggupi saran rekan saya dan akhirnya saya bertemu Mbah Mijan di kediamannya.
Sehari setelah saya berkonsultasi dan melakukan ritual doa Puter Giling Khusus, suami merasa malas keluar rumah. Saya bersikap biasa saja toh saya juga sudah sibuk bekerja. Berganti hari, suami merasakan hal sama dan akhirnya ia bilang mati kutu. Diluar sana gak punya selera mau ngapa-ngapain, lebih baik dirumah saja.
Saya pikir semua ikhtiar saya sudah bereaksi namun begitu saya tetap waspada jangan-jangan suami masih mencuri kesempatan atau mungkin saja ia bohong. Akhirnya tiba hari yang ditunggu, suami meminta maaf atas semua kesalahannya selama ini dan berjanji untuk tidak mengulangi. Kamipun membangun pernikahan kembali, semoga langgeng tanpa kendala seperti ini lagi.