Ruwatan Demi Mengusir Nafsu Setan
Tekanan berlebihan yang berujung depresi dan ketakutan membuatkan harus memilih jalan ruwatan demi mengusir nafsu setan
Tumbuh remaja dengan bullyan
Perkenalkan nama saya Ardian, usia tiga puluh satu tahun. Saya berasal dari keluarga sederhana dipinggiran kota Jakarta. Rumah keluarga saya berada dikawasan perbatasan kampung dan komplek perumahan. Lebih tepatnya berada di kampungnya yang acapkali jadi bahan ejekan dan tertawaan anak-anak yang tinggal di komplek.
Singkat cerita masa kecil dan remajaku kerap dijadikan bahan bullyan. Mulai dari saat bermain hingga saat berangkat dan pulang sekolah. Itu terjadi hingga aku masuk sekolah SMU sehingga secara mental aku dibilang lemah dan mudah sekali dikerjai. Sejujurnya aku tersiksa dengan hal ini.
Sementara dari tampang wajah dan badanku yang menurut banyak orang memelas ini adalah alamiah. Bisa jadi karena saking terbiasanya diperlakukan tidak selayaknya. Aku mudah ketakutan, minder bila ketemu perempuan sekalipun itu masih terbilang tetanggaku sendiri dan teman sekelasku.
Dinyatakan mengidap Paranoid
Makin hari rasa takut yang dirasakan semakin menjadi. Ketakutan yang gak wajar dan banyak terjadi dimalam hari. Kondisi ini oleh para tetangga disangkut pautkan dengan hal-hal mistis. Kebetulan setiap malam Jumat itu aku sering menyendiri dibelakang rumah dan disitu ada pohon Randu yang tua usianya.
Beberapa tahun ketakutanku membuat aku gagal diterima kerja dimanapun. Mereka bilang mentalku payah, sesekali tersenyum-senyum tanpa sebab dan bengong saat diajak bicara. Hilang fokus terjadi jika berhadapan dengan lebih dari dua orang.
Sampai di usia memasuki kepala tiga, tak kunjung normal kondisi ini. Keluarga pasrah sebab untuk berobat ke Psikolog tentu membutuhkan biaya yang lumayan besar. Hati kecilku ingin melawan tapi justru saat aku menguatkan hati malah yang terjadi keinginan untuk teriak, marah hingga melukai diri sendiri dan orang lain.
Mental tanpa kendali
Tanpa sadar, kebiasaanku marah dan melukai ini membuatku sakit secara fisik. Satu hal yang (maaf) memalukan adalah aku jadi suka dengan anak laki-laki. Nyaris aku dikeroyok warga lantaran ketahuan hendak melakukan tindakan asusila kepada anak-anak yang sedang bermain layang-layang.
Warga sekitar meminta aku untuk di pasung atau dilaporkan saja ke pihak berwenang. Ada pula yang ingin agar aku dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa. Sungguh ini makin membuat mentalku bukannya membaik tapi malah tak terkendali.
Ditengah kepasrahan keluargaku ternyata ada seseorang yang menawarkan diri untuk membantuku keluar dari penyakit mental ini. Ia adalah rekan kakakku yang juga pernah menangani hal yang sama, namun bukan dengan cara medis. Ia menyarankan untuk menjalani penyembuhan non medis dengan cara Ruqyah atau Ruwatan.
Sembuh atas izin Allah
Tawaran untuk sembuh ini menjadi satu-satunya pilihan. Lewat beliaulah aku diantarkan untuk menjalani proses demi proses Ruwatan untuk membuang semua kesialan ini. Demi ingin bisa sembuh dan hidup normal yaa aku mau saja meski ada rasa tidak yakin.
Butuh kesabaran lebih dan tentunya energi positif untuk terus mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Kuasa. Ruwatan yang kudapatkan adalah media atau sarana saja, selebihnya aku harus bisa berdamai dengan masa lalu. Kemudian menerima kenyataan dan bangkit melawan untuk kesembuhan.
Atas izin Allah pula, aku bisa sembuh dalam waktu beberapa bulan. Sepanjang penyembuhanku terjadi beberapa hal yang membuatku benar-benar bisa berubah secara pola pikir. Dukungan keluarga dan akhirnya lingkungan yang awalnya membenciku sangat membantu untuk pemulihanku ini.
Saat ini aku lebih banyak menghabiskan waktu di masjid, menghidupkan suasana tempat ibadah dengan hal-hal yang positif. Aku berharap semoga esok hari semua kesialan ini tidak akan terjadi lagi.