Suami Tak Bergeming Kena Puter Giling
Tiada cara lain yang terbaik untuk mempertahankan perahu rumah tangga kami yang genting dan terbukti suami tak bergeming kena puter giling
Cobaan ditahun ketiga
Izikan saya bercerita kisah biduk rumah tangga saya bersama suami. Saya Rianty, menikah muda di usia 22 tahun dan suami pun seumuran dengan saya. Suami saya, Raymond adalah teman sekelas saya sejak SMU. Kami menjalin asmara secara lebih serius ketika kami sudah lulus SMU. Selanjutnya kami meneruskan kuliah dan saat itulah kami bertunangan.
Tepat setelah wisuda kami melangsungkan pernikahan kami karena kami memang tidak ingin menunda lama-lama. Setahun pertama kami dikaruniai putra yang lucu dan menjadi cucu kesayangan kedua orang tua kami. Waktu terus berlalu dan hadirnya putra kami ini justru membuat hubungan pribadiku dengan suami malah merenggang.
Puncaknya adalah ditahun ketiga dimana secara terang-terangan suami mengakui memiliki hubungan khusus dengan orang ketiga. Parahnya lagi adalah orang itu juga sahabat kami sendiri yang kami kenal sejak SMU dahulu.
Bertahan demi buah hati
Seperti disamar petir disiang hari bolong. Sesak dan sesekali air mata ini tak dapat dibendung. Hanya buah hati yang bisa menguatkanku untuk bertahan. Ini menjadi aib dan sebisa mungkin saya merahasikan tragedi ini didepan semua keluarga besar dan tentunya lingkungan tempat tempat tinggal kami.
Hari demi hari hanya bisa meratapi nasib dan menyimpan rapat-rapat sakit hati ini. Tapi sampai kapan saya bisa bertahan? Sementara yang terjadi hanya sandiwara saja. Didepan semua orang seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Padahal hati saya menjerit tidak karuan.
Ingin rasanya saya membalas perbuatan suami tapi ketika mata ini melihat kelucuan buah hati, niat itu memudar dan sirna begitu saja. Saya harus bisa membesarkan buah hati ini dengan atau ada ayahnya. Fikiran saya berkecamuk selama bertahan demi buah hati ini. Doa dan doa meringankan beban hati namun ketika mata melihat suami seperti sosok asing dalam hati ini.
Seribu satu cara
Tak kuasa lagi membendung perasaan ini, akhirnya mama lah tempatku mengadu semua yang saya rasakan. Namanya juga naluri seorang mama, ternyata dia sudah merasakan apa yang terjadi. Kami pun tak tinggal diam menyikapi peristiwa ini. Mama menyarankanku untuk menemui beberapa relasinya yang dinilai mampu mengatasi hal ini.
Demikian juga dengan mama mertua yang tiba-tiba menangis mendapati anaknya seperti ini. Beliau turut berikhtiar dengan guru spiritualnya. Semua praktisi yang turun tangan membantu kami menyatakan bahwa suami saya telah terkena guna-guna dan pelet hitam dari wanita itu sejak beberapa waktu sebelum kami menikah.
Saya pun berubah fikiran bahwa apa yang dialami oleh suami tak sepenuhnya atas dasar kesadarannya. Ia telah dikendalikan oleh hal-hal yang bertentangan dengan sikap dan karakternya. Saya mengenal betul siapa suami saya. Dengan penuh harap kami semuanya berikhtiar untuk mengembalikan suami seperti sedia kala.
Tindakan terakhir
Setelah beberapa cara yang kami lakukan tak kunjung membuahkan hasil maka kamipun bertolak ke Jakarta. Informasi yang saya terima dari sahabat saya bahwa lebih baik saya dan mama menemui Mbah Mijan di kediamannya. Paranormal ini kerapkali mengatasi masalah rumah tangga dengan kasus seperti ini.
Setelah membuat perjanjian kamipun akhirnya tiba di Jakarta dan perbincangan kami mengarah kepada gangguan psikologis suami lantaran terkena efek negatif guna-guna. Mbah Mijan mengambil tindakan ruwatan buang sial dan puter giling sukma yang memang dibutuhkan untuk ini semua.
Kami pulang setelah semua dirasa cukup. Sambil menunggu keajaiban terjadi, kami menyerahkan sepenuhnya ikhtiar ini kepada Mbah Mijan. Sampai pada akhirnya, 5 bulan berlalu sudah. Suami mengakui semua terjadi begitu saja dan menyatakan untuk kembali utuh sebagai imam dan kepala keluarga yang baik. Sikap gentlemen suami ini membuat kami semua terharu. Pelakor itu kalang kabut, suami tak bergeming dan kembali pulih seiring waktu. Puji syukur kami kepada Tuhan atas semua ini.