Susuk Pemanis Andalan Kalangan Artis
Persaingan sangat ketat dalam dunia hiburan khususnya di kota besar mendorongku untuk menggunakan sarana susuk pemanis andalan kalangan artis
Berbakat sejak kecil
Saya berasal dari Jawa Timur. Sejak kecil saya bermimpi menjadi seorang artis atau musisi berbakat. Atau berkarya sebagai seniman yang dikenal karena karya-karyanya. Masih duduk di bangku SD saja saya sudah membuat pementasan bersama teman-teman kecil saya walau hanya jadi bahan tertawaan karena kepolosan kami semua.
Mendalami dan belajar beberapa instrumen alat musik saat SMP ketika ada kegiatan ekstra kurikuler seni musik. Ketertarikan saya dengan seni makin mendarah daging ketika saya bertemu dengan teman-teman baru yang mempunyai hobby sama. Kedua orang tua saya mendukung selama itu adalah hal positif.
Selama SMP hingga lulus SMU saya tidak henti-hentinya berlatih bersama teman-teman. Hasilnya tidak disangka kami telah membuat banyak karya. Kala itu kami sering menghibur di beberapa hajatan hingga acara di alun-alun bila ada perhelatan.
Dikenal lewat pencarian bakat
Saya ingin lebih matang lagi dalam berkarya. Saya beranikan diri untuk ke Jakarta dan bertemu dengan banyak seniman berpengalaman. Disanalah saya banyak belajar dan menempa diri. Sampai tiba waktunya ada sebuah ajang pencarian bakat di TV Swasta saat itu. Saya pun mendaftarkan diri meski ada satu teman saya yang tidak bisa berangkat dari Jawa Timur.
Saya begitu mengenang peristiwa itu sebab dari situlah saya akhirnya mulai dikenal. Mulai banyak panggilan untuk menghibur kesana sini. Kesibukan itu menyita waktu dan akhirnya aku jadi jarang pulang ketemu ibu dan bapak. Namun dibalik itu mereka bangga bahwa saya telah menunjukkan apa yang selama ini mereka inginkan.
Teman-teman sekolah dan sahabatku ikut bangga dengan kabar ini. Satu hal yang harus saya jaga adalah tidak boleh sombong. Tetaplah berkarya dengan jujur dan tidak terjerumus pada hal-hal yang buruk terlebih dunia hiburan sangat dekat dengan itu.
Alami pengalaman mistis
Ketatnya jadwal manggung membuat badan saya tiba-tiba jatuh terkulai. Sementara masih ada beberapa kontrak yang harus saya penuhi, saya dinyatakan sakit. Saat itu yang saya ingat hasil diagnosanya adalah thypus. Namun herannya tidak mendapati kesembuhan total karena setelah berobat saya masih merasakan pusing dan sesak tiba-tiba.
Terpaksa saya mengambil cuti untuk berkarya. Saya pun pulang untuk beristirahat. Kondisi ini dinilai ibu saya sebagai penyakit yang tidak biasa. Menurutnya ada beberapa pihak yang tidak suka dengan pencapaian saya. Ibu berkisah bahwa ia bermimpi telah melihat saya dikepung oleh sosok-sosok hitam besar membawa tongkat.
Atas penuturan ibu inilah saya dibawa ke seorang Kyai untuk di ruqyah. Kemudian setelahnya saya kembali ke Jakarta. Saya bertemu salah seorang sahabat yang akhirnya memperkenalkan saya kepada Mbah Mijan. Mbah Mijan inilah yang menuntaskan ruqyah saya yang belum sempurna. Tak hanya berhenti disitu saja, Mbah Mijan membekali saya dengan sarana khusus berupa jimat yang biasa digunakan oleh para seniman atau artis.
Eksis dan mengukir prestasi
Sejak saat itu badan saya menjadi lebih baik. Makin disegani dan mendapatkan tempat yang lebih baik diantara para seniman. Pencapaian ini tidak serta merta karena perjalanan saya, namun juga hoki dan pastinya doa kedua orang tua. Saya akan terus berkarya untuk eksistensi dan meraih prestasi.
Saya nyaman dan menikmati profesi ini sambil terus berproses untuk selalu menjadi lebih baik. Saya merasakan sendiri bahwa persaingan yang terjadi dalam dunia hiburan itu lumayan kejam. Saya sarankan untuk rekan-rekan seprofesi agar membekali diri secara batiniah dengan sarana yang baik dan sesuai syariat.
Semuanya itu agar kita menjadi nyaman dalam berkarya tanpa ada kekhawatiran. Selebihnya adalah untuk menjaga hoki atau keberuntungan agar selalu berpihak kepada kita. Semoga sedikit pengalaman saya ini bisa menjadikan hikmah bahwa sesuatu hal yang besar akan mendapati goncanganyang besar pula. Selamat berkarya dan selamat mengukir prestasi.