Hoki Tiada Henti Sang Pramugari
Bercita-cita terbang keliling dunia mendorongku untuk berprofesi sebagai awak kabin pesawat dan inilah catatanku tentang hoki tiada henti sang Pramugari
Terlahir dengan postur sempurna
Aku Windy dan usiaku kini 24 tahun. Aku berpostur tinggi 169 cm dan berat badan 58 kg. Dengan postur ini aku bersyukur karena dianggap sempurna oleh orang-orang terdekatku. Saat masih SD hingga SMP aku pernah diarahkan mamaku untuk menjadi model. Beberapa kali aku diikutkan dalam ajang lomba modelling, bahkan sempat disekolahkan model.
Tapi sejak SMK aku memutuskan untuk berhijab dan mengurangi rutinitasku didepan kamera. Tapi kalo untuk sekadar selfie saja ya masih. Untuk menghibur diri saja. Keputusanku untuk meninggalkan dunia model dengan berhijab bisa diterima mamaku.
Ada alasan khusus kenapa mama setuju hal itu. Ada satu alasan yang justru membuat mama bangga sekaligus berseri-seri, yakni aku ingin menjadi Pramugari. Diluar dugaan pun papa sangat setuju, lantaran papa memang bekerja dibidang transportasi.
Berkat doa dan tekun belajar
Dengan cita-cita ini mama dan papa selalu mendukungku secara total. Aku berdoa atas restu kedua orang tua agar cita-cita ini menjadi nyata. Belajar dengan giat dan tekun khususnya dalam hal-hal yang berhubungan dengan ruang lingkup Pramugari. Aku harus siap setelah lulus SMK nanti untuk bergabung dengan salah satu maskapai yang bonafide.
Mama dan papa sudah menyiapkan segala sesuatunya dan mama berjanji akan mengantarku saat test masuk Pramugari nantinya. Inilah pula yang membuat semangatku membara. Adikku yang masih SD pun jadi terbawa dengan semangatku. Itu ditunjukkan dengan berkali-kali bilang jika kakak jadi Pramugari berarti aku jadi Pilotnya.
Itulah sekelumit cerita masa kecil hingga remaja. Memiliki postur yang mendukung cita-cita ditambah restu kedua orang tua adalah anugerah bagi seorang anak sepertiku. Aku jadi sering mengoleksi pernak-pernik pesawat, gambar-gambar Pramugari saat berjalan dengan latar belakang megahnya pesawat. Poster bandara mewah dengan lampu malam yang memanjakan mata terpampang didinding kamarku.
Persaingan diatas awan
Dunia karir sebagai Pramugari aku mulai dengan Bismillah. Risiko bekerja didalam pesawat yang terbang diatas ketinggian ribuan kaki sangatlah tinggi. Aku harus bisa tampil tetap menarik dalam melayani semua penumpang pesawat. Membantunya sewaktu-waktu bila terjadi hal-hal yang mereka inginkan. Bersama rekan-rekanku, aku bersaing untuk terus memberikan pelayanan yang terbaik.
Jam terbang seorang Pramugari menentukan perjalanan karir sebagai awak kabin. Untuk bisa memperoleh jam terbang yang banyak setiap Pramugari harus bisa bersaing ketat namun tetap sehat. Ada suatu masa ketika aku harus menerima schedule minim sekali dalam sebulan. Sementara beberapa rekanku seakan terus sibuk dengan penerbangan hingga mancanegara.
Awalnya aku menerima kenyataan ini tapi feeling-ku seperti ada yang tak beres dengan persaingan ini. Perasaan aku sudah memberikan yang terbaik tapi kenapa aku belum dapat sesuatu yang balance yaa? Sahabatku sekaligus seniorku juga sempat heran. Windy kan punya disiplin dan dedikasi tinggi kok jam terbangnya sedikit ya?
Sarana pencerah aura
Aku menjalani beberapa hari transit di Jakarta. Masa-masa ini membuatku jenuh. Kejenuhanku memudar saat aku iseng baca-baca tentang Buka Aura. Rasa penasaranku yang tinggi ini membuatkan searching di Google. Aku ingat betul dahulu pembimbingku saat sekolah model sering bilang Buka Aura.
Pencarianku terhenti saat membaca sebuah artikel tentang Susuk Energi Aura. Sebuah sarana yang digunakan oleh mereka para pekerja sepertiku. Wah, lumayan juga nih gak ada salahnya dicoba. Apalagi setelah kubaca bahwa energi aura ini menggunakan energi yang positif.
Mumpung masih di Jakarta aku memberanikan diri mendatangi alamat praktek Mbah Mijan. Ternyata susuk energi itu tidak menggunakan jarum lho. Sarananya khusus dan mudah mengaktifkannya. Aku makin yakin ketika bertemu seseorang yang juga menggunakan sarana ini. Ia datang kembali katanya mau upgrade ke Susuk Emas. Biar lebih dahsyat katanya. Sepertinya suatu hari nanti aku akan kembali lagi kesini, sebab sekarang sudah gunakan susuk energi. Semangat hoki karirku berkibar lagi.