Rahasia Tampan Dengan Azimat Pengasihan
Terlihat rupawan dari luar itu biasa tapi keren dari dalam itulah yang menjadi rahasia tampan dengan azimat pengasihan
Menjaga image sejak remaja
Aku Tommy dan aku bercita-cita menjadi seorang model. Sejak masih SMP aku sering mengikuti berbagai macam audisi meski hanya kegagalan yang aku dapatkan. Mulai dari ajang foto sampul majalah sampai ikut casting film dan sinetron. Sesekali hanya dapat peran itupun figuran yang muncul dalam hitungan detik. Aku besar di Bandung dan bila sudah besar nanti aku ingin ke Jakarta membuktikan cita-citaku. Sukses saat masih muda.
Aku terbiasa menjaga penampilanku sebagai image seorang remaja yang modis dan keren. Sangat memperhatikan pakaian, gaya rambut dan parfum sangat penting buatku. Itulah kenapa aku sering dijuluki sebagai artis oleh teman-teman sekelasku. Biar sajalah siapa tahu ungkapan mereka akan menjadi doa nantinya.
Secara kebetulan ternyata aku meneruskan SMU di Jakarta lantaran papa memutuskan untuk pindah sekeluarga. Papa yang bekerja disebuah perusahaan pemberitaan kala itu memilih Jakarta sebagai tempat tinggal kami karena lebih memberi peluang.
Tak sulit mencari kerja
Selepas SMU aku sempat meneruskan sekolah Pramugara, sebab mama ingin aku bekerja dibidang penerbangan. Tapi karena aku yang kurang fokus sehingga aku memilih pekerjaan lain. Berbekal menjaga penampilan inilah aku tak sulit mencari kerja. Melamar sana sini diterima dan akibatnya justru aku lebih mudah bosan. Bekerja sesaat lalu pindah dan seterusnya begitu.
Aku ingin bekerja yang simpel saja dan tak jauh dari bergaya dengan penampilan ala aku ini. Akhirnya pilihanku tertuju pada bidang pekerjaan Customer Service. Aku bekerja di sebuah bank swasta terbesar di negeri ini. Penampilanku mendukung pekerjaanku dan yang penting aku bisa menjadi ikon ditempat kerjaku.
Sebagai karyawan bank yang hanya berbekal tampang aku harus menjalani pendidikan dan pelatihan singkat. Tampang saja tidak cukup bro, otak juga harus mengimbangi untuk memenuhi kompetensiku.
Persaingan ketat
Beberapa bulan bekerja di bank besar, tentu saja aku dihadapkan pada sebuah persaingan yang ketat. Bukan untuk saling mencari muka tapi lebih kepada memberikan hasil kerja terbaik untuk perusahaan. Saat itu posisiku bergeser ke Marketing Executive, ini pertanda aku akan menerima bonus besar bila bisa menembus target yang diserahkan.
Sadar bahwa persaingan telah terjadi maka akupun menguatkan diri untuk tampil lebih baik. Entah dari mana awalnya saat aku sedang istirahat makan, aku mendengar selentingan bahwa seniorku yang bonusnya terbesar itu hebat karena susuknya. Wow, ada hal diluar skill ternyata.
Berarti tampang luar ganteng aja gak cukup dong kalau dilapangan yang terjadi seperti ini. Aku lantas mulai menjelajah dan mencari pakar susuk. Sebab yang aku tahu bahwa susuk harus dipasang oleh ahlinya, alih-alih dapat susuk murah bila salah sedikit saja bisa fatal akibatnya. Ini pernah terjadi pada teman casting-ku dulu yang malah wajahnya menyeramkan sehabis pasang susuk.
Menang dengan pengasihan
Setelah menjelajah sana sini, aku menemukan juga tempat pasang susuk yang konon ceritanya banyak artis yang menggunakan jasanya. Kediaman Mbah Mijan ternyata juga gak begitu jauh dari rumah. Akhirnya bulat aku memutuskan untuk menggunakan media pengasihan sebagai sarana memaksimalkan aura dan karirku.
Pilihan susuk yang ada membuatku diam beberapa saat memilih, antara susuk emas atau susuk mutiara. Semuanya aku mau itu sebab aku yakin pasti hasilnya akan mempengaruhi pencapaianku. Terlebih aku belum mencapai apa yang menjadi impianku. Yakni bisa mapan di usia muda.
Sarana pengasihan selesai dikerjakan, makin pede aja rasanya. Bukti yang nyata muncul dalam 2 bulan berikutnya dimana secara akumulasi hasil kerjaku lebih tinggi dari yang lainnya. Selebihnya yang membuatku makin percaya diri adalah tak sulit bagiku untuk menakhlukkan wanita. Tapi tetap harus sadar diri, mencari satu pasangan terbaik untuk teman hidup selamanya. Beginilah caraku bisa memenangi persaingan dan jangan lupa bahwa semua itu adalah atas izin Tuhan. Terima kasih.